Muawiah bin Abu Sofyan bin Harb bin
Umaiah Al Qurasyi Al Umawi adalah pendiri Daulat Umaiah di Suriah. Beliau lahir
di Mekah dan sempat memusuhi Islam dan akhirnya memeluk Islam ketika penaklukan
kota Mekah (8 H). Beliau sempat belajar tulis baca dan matematika, sehingga
Rasulullah mengangkatnya menjadi juru tulisnya. Beliau bertugas di Suriah di
masa pemerintahan Umar bin Khattab dan Usman bin Affan. Beliau menentanag Ali
dan berkonfrontasi dengan Ali dalam perang Shiffin (37 H/657 M) yang berakhir
dengan sebuah arbitrase. Beliau dinobatkan menjadi khalifah (40-60 H/661-680 M)
di mana ibu kota pemerintahan dia pindahkan ke Damaskus. Beliau termasuk tokoh
penakluk ternama dalam sejarah Islam, di mana penaklukannya sampai ke daerah di
Lautan Atlantik
Dia meriwayatkan hadits dari
Rasulullah sebanyak seratus enam puluh tiga hadits. Beberapa sahabat dan
tabi’in yang meriwayatkan hadits darinya antara lain: Abdullah bin Abbas,
Abdulah bin Umar, Abdullah bin Zubair, Abu Darda’, Jarir aI-Bajali, Nu’man bin
Basyir dan yang lain. Sedangkan dari kalangan tabiin antara lain: Sa’id bin al-Musayyib,
Hamid bin Abdur Rahman dan lain-lain.
Dia termasuk salah seorang yang
memiliki kepintaran dan kesabaran. Banyak hadits yang menyatakan keutamaan
pribadinya, namun dari hadits-hadits tersebut hanya sedikit yang bisa diterima.
Imam at-Tirmidzi meriwayatkan (dia
mengatakan bahwa hadits ini hasan) dari Abdur Rahman bin Abi Umairah (seorang
sahabat Rasulullah) dari Rasulullah bahwa dia bersabda kepada Mu’awiyah, “Ya
Allah, jadikanlah dia orang yang memberi petunjuk dan mendapat petunjuk.”
Imam Ahmad dalam Musnadnya
meriwayatkan dari al-Mirbadh bin Sariyyah dia berkata: Saya mendengar
Rasulullah bersabda, “Ya Allah ajarilah Mu’awiyah al-Qur’an dan hisab serta
lindungilah dia dari adzab.”
Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannafnya
dan Imam ath-Thabarani dalam kitabnya al-Kabir meriwayatkan dari Abdul Malik
bin Umair dia berkata: Mu’awiyyah berkata: Sejak Rasulullah bersabda kepada
saya. “Wahai Mu’awiyah, jika kamu menjadi raja, maka berbuat baiklah!” saya
selalu menginginkan jabatan kekhilafahan.
Mua’wiyyah adalah seorang lelaki yang bertubuh tinggi berkulit putih dan tampan
serta karismatik. Suatu ketika Umar bin Khaththab melihat kepadanya dan
berkata, “Dia adalah kaisar Arab.”
Diriwayatkan dari Ali bin Abu Thalib
dia berkata, “Janganlah kalian membenci pemerintahan Mu’awiyah. Sebab andai
kalian kehilangan dia, niscaya akan kalian lihat beberapa kepala lepas dari
lehernya.”
Al-Maqbari berkata: Kalian sangat
kagum kepada kaisar Persia dan Romawi namun kalian tidak mempedulikan
Mu’awiyah! Kesabarannya dijadikan sebuah pepatah. Bahkan Ibnu Abid Dunya dan
Abu Bakar bin ‘Ashim mengarang buku khusus tentang kesabarannya.
Ibnu ‘Aun berkata, “Ada seorang
lelaki berkata kepada Mu’awiyah: Demi Allah hendaknya kamu menegakkan hukum
dengan lurus wahai Mu’awiyah. Jika tidak, maka kamilah yang akan meluruskan
kamu!”
Mu’awiyah berkata, “Dengan apa kalian akan meluruskan kami?’
Dia menjawab, “Dengan pentungan kayu!”
Muawiyyah menjawab, “Jika begitu kami akan berlaku lurus.”
Qubaishah bin Jabir berkata: Saya
menemani Mu’awiyah beberapa lama, ternyata dia adalah seorang yang sangat
sabar. Tidak saya temui seorang pun yang sesabar dia, tidak ada orang yang lebih
bisa berpura-pura bodoh darinya, sebagaimana tidak ada orang yang lebih
hati-hati daripadanya.
Tatkala Abu Bakar mengutus pasukan
ke Syam, dia dan saudaranya Yazid bin Abu Sufyan berangkat ke sana. Tatkala
Yazid meninggal dia ditugaskan untuk menggantikan saudaranya di Syam untuk
menjadi gubernur. Umar mengokohkan apa yang ditetapkan Abu Bakar dan Utsman
menetapkan apa yang ditetapkan oleh Umar. Utsman menjadikan Syam seluruhnya
berada di bawah kekuasaannya. Dia menjadi gubernur di Syam selama dua puluh
tahun dan menjadi khalifah juga selama dua puluh tahun.
Muawwiyah Bin Abu Sofyan adalah juru
tulis Rasulullah saat turunnya wahyu.
Dan sungguh telah meriwayatkan Imam
Muslim didalam Sohihnya dari hadits Ikrimah bin Ammar, dari Abi Zamil Sammak
bin Walid dari Ibnu Abbas bahwasanya Abu sofyan Berkata : Wahai Rasulullah
berikanlah tiga perkara kepadaku? Rasulullah menjawab: “ya”. Beliau berkata:
perintahkanlah aku supaya memerangi orang-orang kafir sebagaimana dulu aku
memerangi orang-orang Islam., Rasulullah menjawab: “ya”, Beliau berkata lagi:
dan Muawiyah engkau jadikan sebagai penulis disisimu? Rasulullah menjawab:
“ya”.
Muawwiyah di Jamin Syurga
Al-Imam al-Bukhari meriwayatkan di
dalam Sohihnya dari Kholid bin Ma’dan dan bahwasanya Umair bin Mas’ud telah
menceritakan kepadanya bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Pasukan pertama daripada kalangan umatku yang berperang di laut,
telah dipastikan bagi mereka (tempat di syurga).”
Fakta sejarah mencatat bahawa armada
laut yang pertama bagi umat Islam dipimpin oleh Muawiyah pada zaman
pemerintahan Amirul Mukminin Usman ibn Affan Radhiallahu.
عَنْ
خَالِدِ بْنِ مَعْدَانَ أَنَّ عُمَيْرَ بْنَ الْأَسْوَدِ الْعَنْسِيَّ
حَدَّثَهُ أَنَّهُ أَتَى عُبَادَةَ بْنَ الصَّامِتِ ، وَهُوَ نَازِلٌ فِي
سَاحَةِ حِمْصَ ، وَهُوَ فِي بِنَاءٍ لَهُ وَمَعَهُ ، أُمُّ حَرَامٍ ،
قَالَ عُمَيْرٌ :
فَحَدَّثَتْنَا أُمُّ حَرَامٍ أَنَّهَا سَمِعَتْ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : أَوَّلُ جَيْشٍ مِنْ أُمَّتِي يَغْزُونَ الْبَحْرَ
قَدْ أَوْجَبُوا ، قَالَتْ أُمُّ حَرَامٍ : قُلْتُ : يَا رَسُولَ اللَّهِ
أَنَا فِيهِمْ ، قَالَ أَنْتِ فِيهِمْ ، ثُمَّ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَوَّلُ جَيْشٍ مِنْ أُمَّتِي يَغْزُونَ مَدِينَةَ
قَيْصَرَ مَغْفُورٌ لَهُمْ ، فَقُلْتُ : أَنَا فِيهِمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ ،
قَالَ : لَا . رواه البخاري (2924)
.
قال الحافظ ابن حجر في ” الفتح ” (6/120) : قَالَ
الْمُهَلَّب : فِي هَذَا الْحَدِيثِ مَنْقَبَة لِمُعَاوِيَة لِأَنَّهُ أَوَّلُ
مَنْ غَزَا الْبَحْرَ وَمَنْقَبَةٌ لِوَلَدِهِ يَزِيد لِأَنَّهُ أَوَّلُ مَنْ
غَزَا مَدِينَةَ قَيْصَرَ .ا.هـ.
Muawwiyah adalah orang yang Faqih
Pada zaman pemerintahan Umar bin
khottob Radiallahu anhu pernah seorang mengadu kepada Ibn Abbas radhiallahu
‘anh bahwa Muawiyah melaksanakan solat witir dengan hanya satu rakaat. Ibn
Abbas menjawab: “(Biarkan), sesungguhnya dia seorang yang faqih (faham agama).”
[Shahih al-Bukhari – hadis no: 3765]
Muawwiyah adalah orang yang didoakan
untuk mendapat hidayah
Dalam sebuah hadis yang dinilai
sahih oleh Syaikh al-Albani rahimahullah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam pernah mendoakan Muawiyah: “Ya Allah! Jadikanlah beliau orang yang
memimpin kepada hidayah dan berikanlah kepada beliau hidayah.” [Silsilah
al-Ahadits al-Shahihah (Maktabah al-Ma`arif, Riyadh, 1995), hadis no: 1969]
Pujian Para Sahabat Kepada Muawwiyah
1. Sahabat besar Saad bin Abi Waqqas
r.a. berkata : “Tak pernah saya melihat seorang yang lebih pandai memutuskan
hukum selepas Sayyidina Utsman daripada tuan pintu ini ( beliau maksudkan Mu’awiyah)
(Al-Bidayah Wa an-Nihayah jilid 8 m.s. 133)
2. Seorang lagi sahabat Qabishah bin
Jabir berkata: “Tak pernah saya melihat seorang yang lebih penyantun, lebih
layak memerintah, lebih hebat, lebih lembut hati dan lebih luas tangan di dalam
melakukan kebaikan daripada Mu’awiyah” ( Al-Bidayah Wa an-Nihayah jilid 8 m.s.
135)
3. Abdullah bin Mubarak, seorang
tabi’in terkenal pernah ditanya : “ Apa pendapat anda tentang Mua’awiyah dan
Umar bin Abdul Aziz, siapakah di antara mereka yang lebih utama?”. Mendengar
pertanyaan itu Abdullah Ibnu al-Mubarak naik Pitam lalu berkata: “Kamu bertanya
tentang perbandingan keutamaan antara mereka berdua. Demi Allah! Debu yang
masuk ke dalam lubang hidung Mu’awiyah karena berjihad bersama-sama Rasulullah
itu saja lebih baik dari Umar bin Abdul Aziz” (Al-Bidayah Wa an-Nihayah jilid 8
m.s. 139)
Pujian para Ulama kepada Muawwiyah
Imam Adz-Dzahabi berkata bahwa
hadist2 riwayat Muawiyah berjumlah 163 hadist dalam Musnad Baqiyi (bin
Makhlad). Al Ahwazi telah menyusun Musnad Muawiyah dalam satu jilid kitab.
Hadisnya (Muawiyah) yg disepakati Bukhari-Muslim sebanyak 4 hadist, dan yg
diriwatkan oleh Imam Bukhari sebanyak 4 hadist dan Imam Muslim sebanyak 5
hadist (Siyar A’lam Nubala 3/162)
Dari Irbadh bin Sariyah berkata,
“Saya mendengar Rasulullah bersabda,” Ya Allah, ajarkanlah Muawiyah ilmu tulis
dan hitung dan lindungilah dia dari siksa.” (Hasan Lighairihi Diriwayatkan oleh
Ibnu Khuzaimah 1938, Ibnu Hibban 2278, Ahmad 4/127, dan Fadhail Ash-Shahihah
1748, Al-Bazzar 2723, Al Fai dalam Tarikh 2/345, Att-Thabrani dalam Al Mu’jam
18/252/628)
Dari Abdur Rahman bin Abi Umairah
Al-Muzanni, berkata Said dan dia termasuk sahabat Nabi dari Nabi bahwa beliau
berdo’a untuk Muawiyah,” Ya Allah, jadikanlah dia penunjuk dan yang memberi
petunjuk, tunjukilah ia dan berilah manusia petunjuk karenanya.”(Hasan Shahih
Diriwayatkan Bukhari dalam Tarikh 4/1/327, Tirmidzi 2/316, Ibnu Asakir
16/684-686, dan Adz-Dzabi dalam Siyar 8/38)
Umar bin Khattab berkata tatkala
mengangkatnya sebagai Gubernur Syam,”Janganlah kalian menyebut Muawiyah kecuali
dengan kebaikan” (Al-Bidayah 8/125)
Ali bin Abi Thalib berkata
sepulangnya dari perang Shiffin,” Wahai manusia, janganlah kalian membenci
kepemimpinan Muawiyah, seandainya kalian kehilangan dia, niscaya kalian akan
melihat kepala kepala bergelantungan dari badannya (banyak pembunuhan)”
(Al-Bidayah 8/134)
Ibnu Umar ra berkata,” Saya tidak
melihat setelah Rasulullah orang yg lebih pandai memimpin manusia daripada
Muawiyah.”
Dikatakan padanya,” Sekalipun
Ayahmu?” katanya,” Ayahku Umar lebih baik daripada Muawiyah, tetapi Muawiyah
lebih pandai berpolitik darinya.” (As-Sunnah I/443 Al-Khallal, Siyar A’lam
Nubala 3/152, Al-Bidayah 8/138)
Ibnu Abbas berkata,”Saya tidak
melihat seorang yang lebih arif tentang kenegaraan daripada Muawiyah”
(Al-Bidayah 8/138) Beliau juga mensifati Muawiyah dengan “faqih” (Shahih
Bukhari 3765)
Mujahid berkata,” Seandainya kalian
melihat Muawiyah, niscaya kalian akan mengatakan: Inilah Al Mahdi.” Ucapan
senada juga dikatakan Qatadah (As-Sunnah I/438 Al-Khallal)
Zuhri berkata,” Muawiyah bekerja
dalam pemerintahan Umar bin Khattab bertahun-tahun tiada cela sedikit pun
darinya.” (As-Sunnah I/444 Al-Khallal).
Suatu kali pernah diceritakan kepada
A’masy tentang keadlian Muawiyah, maka dia berkata,” Bagaimana kiranya
seandainya kalian mendapati Muawiyah?” Mereka berkata,” Wahai Abu Muhammad
apakah dalam kelembutannya?” Dia menjawab.” Tidak, demi Allah, bahkan dalam
keadilannya.” (As-Sunnah I/437}
Al-Muafa bin Amran pernah ditanya,”
Wahai Abu Mas’ud, siapakah yang lebih utama: Umar bin Abdul Aziz atau
Muawiyah?” Beliau langsung marah sekali seraya berkata,” Seorang sahabat tidak
dibandingkan dengan seorang pun. Muawiyah adalah sahabat Nabi, iparnya, penulis
wahyunya.” (Tarikh Dimasyq 59/208)
Ibrahim bin Maisarah berkata,” Saya
tidak melihat Umar bin Abdul Aziz memukul sesorang kecuali seorang yang mencela
Muawiyah, beliau mencambuknya dengan beberapa cambukan.” (Tarikh Dimasyq
59/211)
Imam Ahmad pernah ditanya tentang
seseorang yang Muawiyah dan Amr bin Ash, “Apakah dia Rafidhah?” Katanya,” Tak
seorang pun berani mencela keduanya kecuali mempunyai tujuan jelek.” (Tarikh
Dimasyq 59/210)
Ibnu Qudamah Al-Maqdisi berkata,”
Muawaiyah adalah paman kaum mukminin, penulis wahyu Alloh, salah seorang
khalifah muslimin- semoga Allah meridhai mereka.” (Lum’atul I’tiqad hal 33)
Ibnu Taimiyah berkata,” Para ulama
sepakat bahwa Muawiyah adalah raja terbaik dalam umat, karena 4 pemimpin
sebelumnya adalah para khalifah nubuwwah, adapun dia adalah awal raja dan
kepemimpinannya adalah rahmat.” (Majmu’ Fatawa 4/478, Minhaj Sunnah 6/232)
Ibnu Abil Izzi Al Hanafi berkata,”
Raja pertama kaum muslimin adalah Muawiyah, dan dia adalah sebaik-baiknya raja
kaum muslimin.” (syarh Aqidah Thahawiyah hal 722)
Adz-Dzahabi berkata dalam biografinya,”
Amirul mukminin, raja Islam. Muawiyah adalah raja pilihan yang keadilannya
mengalahkan keshaliman.” (Siyar 3/120, 259) …
Ka’ab al-Ahbar berkata: Tidak ada
orang yang akan berkuasa sebagaimana berkuasanya Mu’awiyah.
Adz-Dzahabi berkata: Ka’ab meninggal
sebelum Mu’awiyah menjadi khalifah, maka benarlah apa yang dikatakan Ka’ab.
Sebab Mu’awiyah menjadi khalifah selama dua puluh tahun, tidak ada pemberontakan
dan tidak ada yang menandinginya dalam kekuasaannya. Tidak seperti para
khalifah yang datang setelahnya. Mereka banyak yang menentang, bahkan ada
sebagian wilayah yang menyatakan melepaskan diri.
Mu’awiyah melakukan pemberontakan kepada Ali sebagaimana yang telah disinggung
di muka, dan dia menyatakan dirinya sebagai khalifah. Kemudian dia juga
melakukan pemberontakan kepada al-Hasan. Al-Hasan akhirnya mengundurkan diri.
Kemudian Mu’awiyah menjadi khalifah pada bulan Rabiul Awal atau Jumadil Ula,
tahun 41 H. Tahun ini disebut sebagai ‘Aam Jama’ah (Tahun Kesatuan), sebab pada
tahun inilah umat Islam bersatu dalam menentukan satu khalifah. Pada tahun itu
pula Mu’awiyah mengangkat Marwan bin Hakam sebagai gubernur Madinah.
Pada tahun 43 H, kota Rukhkhaj dan
beberapa kota lainnya di Sajistan ditaklukkan. Waddan di Barqah dan Kur di
Sudan juga ditaklukkan. Pada tahun itu pulalah Mu’awiyah menetapkan Ziyad anak
ayahnya. Ini -menurut ats-Tsa’labi- merupakan keputusan pertama yang dianggap
mengubah hukum yang ditetapkan Rasulullah.
Pada tahun 45 H, Qaiqan dibuka.
Pada tahun 50 H, Qauhustan dibuka lewat
peperangan. Pada tahun 50 H, Mu’awiyah menyerukan untuk membaiat anaknya Yazid
sebagai putra mahkota dan khalifah setelahnya jika dia meninggal.
Mu’awiyah meninggal pada bulan Rajab
tahun 60 H. Dia dimakamkan di antara Bab al-Jabiyyah dan Bab ash-Shaghir.
Disebutkan bahwa usianya mencapai tujuh puluh tujuh tahun. Dia memiliki
beberapa helai rambut Rasulullah dan sebagian potongan kukunya. Dia mewasiatkan
agar dua benda itu di diletakkan di mulut dan kedua matanya pada saat
kematiannya. Dia berkata, “Kerjakan itu, dan biarkan saya menemui Tuhan Yang
Maha Pengasih lagi Maha penyayang!”.
–ooOoo–
0 Komentar:
Post a Comment