Alhamdulillah, geliat dakwah dan syiar Al Quran semakin merambah ke berbagai kalangan termasuk entitas bisnis di Indonesia. Seorang Vice Presiden di perusahaan multinasional ini ternyata Hafizh Al Quran 30 Juz. Masya Allah.
Nizar, 43, adalah VP Human Capital and Procurement di Telkomsel, anak perusahaan Telkom Group untuk bisnis internasional khusus negara Timor Leste. Pria kelahiran Jakarta ini sudah bertugas selama dua tahun di Dili setelah malang melintang di beberapa daerah seperti Bandung dan Medan.
Sebagai seorang VP, Nizar yang kini dikaruniai tiga orang anak, bertanggung jawab terhadap seluruh persoalan karyawan mulai dari rekrutmen hingga pensiun. Bahkan terkadang sampai ke urusan keluarga.
Suami dari Febris Maulidani ini, mengaku dirinya belum memiliki hafalan banyak sejak kecil. Bukan seperti trend sekarang dimana anak-anak sudah dibiasakan menghafal mulai dari TK atau SD. Dia justru mulai ada keinginan menghafal Al Quran setelah bekerja di PT. Telkom.
Lalu bagaimana caranya, di tengah-tengah kesibukan menjalankan amanah di sebuah perusahaan raksasa telekomunikasi Indonesia masih sempat menghafal Al Quran dan menuntaskan seluruh 30 juz?
Berikut hasil wawancara Nizar dengan tim redaksi bersamaislam.com menjelang malam pergantian tahun, Selasa (29/12/2015).
bersamaislam:
Kapan anda mulai menghafal dan menuntaskan hafalan Al Quran 30 Juz?
Nizar:
Tahun 2006 yang lalu saya berangkat umroh, waktu itu usia saya 34 tahun, anak sudah dua orang. Karena yang ketiga baru lahir tahun 2007. Saya merasa perlu banyak bersyukur atas berbagai nikmat yang telah diberikan Allah. Nikmat hidayah terutama. Dan bagaimana cara mempertahankan hidayah itu dari berbagai godaan.
Saat itulah muncul keinginan untuk lebih dekat dengan Al Quran, bisa membaca dengan benar dan menghafal. Di setiap tempat yang mustajab selama di masjidil haram saya berdoa kepada Allah, semoga saya bisa menghafal Al Quran. Dan entah kenapa, saya berdoa agar bisa hafal 30 juz sebelum usia 40 tahun.
Pulang umroh saya bertekad merealisasikan doa tersebut. Saya cari lembaga tahfidz Al Quran di Bandung. Saya diminta untuk ikut seleksi, dan hasilnya saya tidak lulus. Saya didowngrade ke kelas tahsin, yaitu kelas untuk memperbaiki bacaan. Waktu itu saya kecewa, tapi ternyata takdir Allah lebih baik.
Dua tahun saya harus jalani kelas tahsin. Belakangan saya sadar, penting untuk memperbaiki bacaan sebelum mulai menghafal, sementara huruf, tajwid dan fashohah saya banyak yang salah.
Saat masih belajar tahsin, ada metode baru dan cukup unik untuk menghafal yaitu Quantum Memory Al Quran. Saya diajak mendengarkan kelas sosialisasi dan saya ikut.
Ternyata itu memotivasi saya untuk mencoba. Akhirnya sambil menjalani kelas tahsin, saya mulai menghafal sendiri. Otodidak dengan metode tersebut. Tidak disangka saya bisa selesaikan 6 juz, yaitu juz 30, 29, 28, 7, 1, dan 2.
Saat itu mulai terasa beratnya menjaga hafalan 6 juz, sehingga saya ragu-ragu untuk meneruskan. Ternyata Allah SWT memberi jawaban.
Dalam sebuah kajian tahfizh di mesjid Salman ITB, saya dipertemukan dengan ustadz Abdul Aziz. Sejak itu, yaitu sekitar awal tahun 2008, saya masuk kelas menghafal Al Quran di mesjid Habiburrahman dengan bekal 6 juz.
Alhamdulillah prosesnya dimudahkan oleh Allah SWT. Rata-rata saya bisa menyetorkan hafalan ½ – 1 juz setiap minggu, sehingga tepat sebelum saya pindah tugas ke Medan di bulan April 2009 saya sudah menuntaskan seluruh setoran 30 juz.
Jika dihitung sejak bergabung menjadi santri tahfidz Al Quran di Habiburrahman, saya menyelesaikan hafalan selama kurang lebih 1 ½ tahun. Tetapi jika dihitung sejak awal menghafal secara otodidak, saya menyelesaikan hafalan selama kurang lebih 2 ½ tahun.
Subhanallah walhamdulillah, inilah jawaban dari doa-doa di multazam yaitu bisa hafal 30 juz sebelum usia 40 tahun.
bersamaislam:
Bagaimana metode yang anda lakukan sehingga bisa menuntaskan seluruh hafalan tersebut? Adakah kiat khusus?
Nizar:
Metode awal adalah menyiapkan diri untuk bisa menerima Al Quran, yaitu dengan mempelajari dan memperbaiki bacaan sambil memperbanyak amal sholeh yang akan menjadi bahan bakar kita untuk terus istiqomah dalam proses menghafal.
Sejak mengikuti pelajaran tahsin, saya terus meningkatkan interaksi harian dengan Al Quran melalui target khatam tilawah setiap bulan atau yang sekarang disebut ODOJ, One Day One Juz. Saya juga berusaha meningkatkan ibadah ibadah lainnya seperti shalat berjamaah di mesjid, menegakkan shalat malam, berinfaq, dan berbagai amal sholeh yang dicontohkan nabi SAW.
Kemudian tiada hari tanpa muraja’ah (mengulang hafalan) dan ziyadah (menambah hafalan baru). Jadi sambil mengejar target odoj, hafalan tetap dan terus bertambah. Untuk teknis menghafal, saya tetap gunakan metode quantum karena cukup cocok.
Dan yang terakhir, tidak lupa bergabung dalam satu halaqah/komunitas menghafal Al Quran sehingga bisa saling memberi semangat.
bersamaislam:
Orang bilang mempertahankan itu lebih sulit. Apakah dalam hafalan Al Quran seperti itu? Bagaimana cara anda mempertahankan hafalan agar tidak hilang di tengah kesibukan pekerjaan?
Nizar:
Benar, menghafal itu bukanlah pekerjaan seberapa cepat kita bisa menyelesaikan setoran hafalan, tetapi berapa lama hafalan Al Quran bisa terus kita jaga dan pertahankan.
Oleh karena itu cara pertama untuk menjaga hafalan adalah mengubah mindset kita, bahwamenghafal Al Quran adalah ibadah seumur hidup.
Selanjutnya perlu dirancang program agar kita bisa terus mempertahankan serta carilah lingkungan dimana proses menjaga hafalan akan lebih kondusif.
Alhamdulillah saat ini saya berada di lingkungan yang cukup kondusif. Ada tasmi’ seminggu sekali di hadapan jamaah mesjid An-Nuur, Dili. Dan ada juga program saling setor dengan Imam mesjid setiap harinya.
Saya sendiri membuat target mengulang hafalan sampai khatam (30 juz) dengan berbagai durasi, tergantung ketersediaan waktu dan kondisi keimanan juga. Pernah seminggu sekali khatam, 10 hari sekali, atau sebulan sekali.
Disamping itu saat menjadi imam shalat wajib saya manfaatkan untuk muraja’ah, demikian juga ketika melaksanakan shalat-shalat sunnah. Juga mendengarkan murottal melalui media elektronik dan segala macam hal yang bisa kita gunakan setiap saat untuk tetap berinteraksi dengan Al Quran.
bersamaislam:
Apa yang menjadi motivasi anda sehingga bercita-cita menjadi Hafizh Al Quran?
Nizar:
Berdasarkan pengalaman dari awal menghafal sampai sekarang, motivasi saya berubah seiring perjalanan waktu.
Saat pertama menghafal, saya ingin menjadikan Al Quran sebagai benteng dalam menghadapi berbagai cobaan dan menjadi hafizh sebelum umur 40 tahun. Setelah mulai menghafal, saya ingin menjadi yang tercepat dalam menyelesaikan hafalan di mesjid Habiburrahman.
Setelah selesai menghafal, motivasinya berubah lagi ingin menjadikan Al Quran sebagai wirid harian. Pada akhirnya, motivasi menghafal Al Quran adalah untuk ingin dekat dengan Allah SWT.
bersamaislam:
Anda adalah seorang pekerja profesional di sebuah international corporation. Adakah suka duka atau kendala-kendala yang menjadi penghalang dalam menghafal Al Quran?
Nizar:
Salah satu kiat menjaga Al Quran adalah dengan melaksanakan perintah-perintah wajib. Akan sulit bagi kita untuk bisa terus dekat dengan Al Quran jika kewajiban saja tidak kita lakukan dengan baik.
Salah satu kewajiban bagi kita muslim laki-laki adalah shalat berjamaah di mesjid tepat waktu. Ini adalah kendala tersendiri di lingkungan pekerjaan.
Ketika berada dalam situasi yang mendesak dan waktu terbatas, sulit bagi saya untuk bisa shalat berjamaah di mesjid. Apalagi jarak dari kantor ke mesjid di sini tidak terlalu dekat. Walaupun ada musholla kecil, tetapi perasaan untuk bisa shalat di mesjid tidak tergantikan.
bersamaislam:
Apa pesan yang ingin anda sampaikan kepada kaum muslimin secara umum dan kepada kalangan profesional secara khusus tentang Al Quran?
Nizar:
Di tengah berbagai cobaan yang menggoda kita dari kiri, kanan, atas, dan belakang dimanapun kita berada, kita memerlukan amalan unggulan yang bisa kita banggakan di sisi Allah SWT. Dan mudah-mudahan amal tersebut menjadi engine bagi amal-amal sholeh lainnya.
Al Quran adalah salah satu amalan yang patut kita perjuangkan. Bisa membaca, menghafal, memahami artinya, melaksanakan apa yang diperintahkan dan menjauhi yang dilarang di dalamnya, dan mendakwahkannya merupakan rezeki dari Allah yang tiada terkira.
Begitu banyak keistimewaan yang Allah akan berikan kepada hambaNya yang mampu menjadi sahabat Al Quran. Kita harus memperjuangkannya agar bisa masuk dalam barisan tersebut, dan setelah itu kita harus berjuang untuk mempertahankannya.
Wallahu a’lam bish showab.
Sumber : bersamaislam.com
Article Source : Sang Pencerah
0 Komentar:
Post a Comment