Friday 20 December 2013

0 Racun-Racun Hati (2): Racun Pandangan Mata

Sahabat... Setelah membahas tentang racun lisan (fudhulul kalam) sebagai salah satu racun hati, kita beralih pada racun hati lainnya yang tidak kalah berbahayanya: Racun Pandangan Mata (fudhulun nazhar). Racun pandangan mata akan menyerang hati kita tatkala kita mengumbar pandangan mata dan mengarahkan pandangan kita pada hal-hal yang diharamkan oleh Allah. Diantara pandangan-pandangan mata yang diharamkan, memandang lawan jenis yang bukan hak kita adalah yang paling berbahaya. Memanjakan pandangan kita pada barang-barang mewah di mal, pasar dan sejenisnya juga bisa mendatangkan racun bagi hati kita. Demikian pula terlalu banyak menggunakan penglihatan untuk hal-hal yang sia-sia juga bisa meracuni hati kita. Pandangan mata yang diumbar dan tidak dikendalikan akan merusak hati kita. Ia ibarat panah beracun yang dilesakkan Iblis ke arah hati kita. Imam Ahmad meriwayatkan sebuah hadits Nabi dari Anas bin Malik, bahwasanya Rasulullah saw bersabda,”Pandangan mata adalah panah beracun yang dilesakkan oleh Iblis. Barangsiapa memejamkan matanya (dari yang haram) karena Allah, maka Allah akan memberikan pada hatinya lezatnya iman, yang akan ia dapat sampai ia berjumpa dengan-Nya.” Masih dari Imam Ahmad, beliau juga meriwayatkan hadits Nabi yang lain dari Abu Umamah, bahwasanya Rasulullah saw bersabda,”Tidaklah seorang mukmin ketika melihat kecantikan seorang wanita kemudian ia memejamkan matanya, kecuali Allah akan memberikan kepadanya kenikmatan beribadah.” Ketika ketika memandang sesuatu yang diharamkan oleh Allah, racunnya akan masuk kedalam hati kita. Sebagaimana sifat racun, racun pandangan mata tidak akan bisa hilang begitu saja dari dalam hati kita. Ia akan membekas dalam hati kita, dan tidak mudah bagi kita untuk menghilangkannya begitu saja. Dibutuhkan terapi dan pengobatan yang intensif agar racun tersebut benar-benar hilang dari dalam hati kita. Bersamaan dengan pandangan mata kita terhadap sesuatu yang haram, syetan ikut masuk kedalam hati kita dengan cepat, lebih cepat daripada masuknya udara ke tempat yang kosong. Ketika itulah syetan menghias bagi kita apa yang kita lihat itu, sehingga semuanya tampak mempesona dan membuat kita terpana dan terkesima. Lalu syetan membisikkan janji-janji, harapan-harapan dan lamunan-lamunan pada hati kita, sehingga api syahwat menyala dalam diri kita. Jika kita pada saat itu tidak bisa mengendalikan diri, kitapun akan terjatuh kedalam kemaksiatan yang nyata. Tentang betapa berbahayanya pandangan mata, Imam Al-Ghazali berkata,”(Semua berawal dari) pandangan mata (antara dua lawan jenis), lalu senyuman, lalu sapaan, lalu pembicaraan, lalu janji (untuk bertemu), lalu pertemuan (antara keduanya). Ketika itulah syetan menjadi pihak yang ketiga.” Demikianlah kemaksiatan dan perbuatan yang keji bisa terjadi bermula dari sekadar pandangan mata. Pandangan mata yang diumbar dan tidak dikendalikan juga akan menyibukkan hati kita, sehingga kita menjadi lupa pada berbagai kebaikan dan amal shalih. Ketika itulah kita bisa terjebak untuk menuruti dorongan hawa nafsu dan terlena dalam kelalaian tersebut. ”Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah kami lalaikan dari mengingati kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (QS Al-Kahfi: 28) Karena sedemikian berbahayanya pandangan mata jika diumbar dan tidak dikendalikan, Allah menyeru kepada orang-orang yang beriman, baik laki-laki maupun perempuan, agar menundukkan pandangan mereka dari hal-hal yang terlarang. Dalam QS An-Nuur: 30-31, Allah berfirman,”Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: ’Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat.’ Katakanlah kepada wanita yang beriman: ’Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya. Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak darinya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya ....” Dan langsung sesudah ayat-ayat ini, Allah berfirman,”Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi....” (QS An-Nuur: 35) Ini adalah sebuah isyarat bahwa kepada orang-orang beriman yang menahan dan menjaga pandangannya, Allah akan memberikan kepada hati mereka cahaya. Ketika itulah, mereka akan mudah menerima berbagai macam kebaikan dari manapun asalnya. Mereka juga akan mampu membedakan yang haq dengan yang batil, yang sunnah dengan yang bid’ah, dan demikian seterusnya. Disamping itu, Allah akan memberikan kepada mereka firasat yang benar, yang mengenai hal ini Rasulullah bersabda,”Takutlah kalian pada firasat seorang mukmin, karena ia melihat dengan cahaya Allah.” Menguatkan hal ini, seorang tabi’in berkata,”Barangsiapa yang zhahirnya disibukkan dengan amalan-amalan sunnah, batinnya senantiasa muraqabah kepada Allah, pandangan matanya ia jaga dari yang haram, dirinya ia cegah dari perkara syubhat, dan perutnya ia beri makan dari yang halal saja, maka tidak akan salah firasatnya." - See more at: http://www.voa-islam.com/read/smart-teen/2013/12/10/28024/racunracun-hati-2-racun-pandangan-mata/#sthash.d8eLkQbg.dpuf

0 Racun-Racun Hati (1): Racun Lisan Perusak Jiwa Manusia

Sahabat... Diantara racun-racun hati, yang selalu disebut pertama kali oleh para ulama adalah racun lisan. Ini dikarenakan banyaknya kemaksiatan dan kerusakan yang disebabkan oleh lisan. Hati dan perasaan bisa tersinggung karena lisan. Gosip yang memerahkan telinga bisa berhembus dengan cepat karena lisan. Fitnah yang dahsyat bisa tersebar karena lisan. Kesalahpahaman terjadi karena lisan. Konflik, pertikaian dan bahkan pertumpahan darah terjadi karena lisan. Sedemikian vitalnya lisan ini sampai-sampai Rasulullah mengukur kualitas keimanan seseorang dari lisannya. Dari Anas bin Malik, Rasulullah bersabda, ”Tidaklah lurus iman seseorang sampai lurus hatinya. Dan tidaklah lurus hati seseorang sampai lurus lisannya.” (HR Ahmad). Dalam hadits Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, ”Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia berkata-kata yang baik atau diam saja.” (HR Bukhari dan Muslim). Menegaskan bisa sedemikian berbahayanya lisan jika tidak dijaga, Umar bin Khaththab berkata, ”Barangsiapa banyak bicaranya maka akan banyak tergelincirnya. Barangsiapa banyak tergelincirnya maka banyaklah dosanya. Dan barangsiapa banyak dosanya maka neraka lebih pantas untuknya.” Mu’adz bin Jabal pernah menanyakan berbagai kebaikan kepada Rasulullah. Semuanya pun dijawab oleh Rasulullah. Setelah itu, Rasulullah balik bertanya kepada Mu’adz, ”Maukah engkau aku beritahu yang lebih besar dari semua kebaikan itu?” Mu’adz menjawab, ”Tentu, wahai Rasulullah.” Maka sambil memegang lisan, Rasulullah bersabda, ”Jagalah ini!” Mu’adz bertanya dengan nada agak protes, ”Wahai Nabi Allah, apakah kita akan dicelakakan oleh apa yang kita ucapkan?” Rasulullah menjawab, ”Kasihan engkau, Mu’adz. Mestinya engkau tahu itu.” Lalu beliau melanjutkan, ”Apakah kiranya yang akan menjerumuskan manusia kedalam api neraka kecuali lisannya?” (HR Turmudzi dan Hakim). Abu Hurairah pernah menceritakan bahwa suatu ketika Nabi ditanya tentang apa yang paling banyak menjadikan manusia masuk surga. Beliau saw menjawab, ”Taqwa kepada Allah dan akhlak yang baik.” Sesudah itu Nabi ditanya apa yang paling banyak menjerumuskan manusia kedalam neraka. Beliau saw menjawab, ”Mulut dan kemaluan.” (HR Ahmad dan Turmudzi). Dari sini jelas bagi kita semua bahwa ternyata lisan kita amat menentukan nasib kita di akhirat. Selamat dan celakanya kita pada hari pembalasan kelak sangat ditentukan oleh sejauhmana kita bisa menjaga lisan kita. Sayangnya, seringkali kita tidak sadar. Seringkali kita lalai terhadap setiap kata yang meluncur dari lisan kita. Padahal dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Turmudzi dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, ”Sesungguhnya seseorang mengucapkan satu kata yang ia sangka bukan apa-apa (tidak berdosa) padahal satu kata itu ternyata akan menggelincirkannya selama tujuh puluh tahun didalam neraka.” Dalam redaksi yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Rasulullah bersabda, ”Sesungguhnya seseorang mengucapkan satu kata yang tidak ia teliti sebelumnya sehingga akibat satu kata itu ia tergelincir kedalam neraka sejauh jarak antara timur dan barat.” Masya-allah! Jika demikian, bagaimana dengan keadaan kita selama ini? Apakah kita senantiasa meneliti setiap kata yang keluar dari lisan kita? Ataukah kita tidak pernah mengendalikannya sehingga tanpa sadar hal itu akan melemparkan kita kedalam neraka? Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Ummu Habibah, Rasulullah bersabda, ”Setiap perkataan anak Adam akan menjadi beban baginya kecuali amar makruf nahi munkar dan dzikrullah.” (HR Ibnu Majah dan Turmudzi). Oleh karena itu, Al-Qur’an dalam banyak tempat memerintahkan kepada kita untuk berbicara dengan tepat. Allah swt berfirman, ”Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan bertuturkatalah dengan tepat, niscaya Allah akan memperbaiki untuk kalian amal-amal kalian dan Dia akan mengampuni untuk kalian dosa-dosa kalian.” Demikianlah Allah memerintahkan kepada kita untuk berkata-kata dengan tepat, sesuai dengan tempat, waktu, situasi dan kondisi. Betapa banyak orang yang bermaksud baik akan tetapi ketika ia menyampaikannya dengan tidak tepat maka justru muncul masalah besar. Akhirnya, marilah kita benar-benar menjaga lisan kita. Katakan tidak pada ghibah (menggosip), namimah (memfitnah), kata-kata batil, kata-kata keji, mau menang sendiri, debat kusir, cekcok mulut, nyanyian-nyanyian batil, memuji-muji tidak pada tempatnya, menjelek-jelekkan orang, dan sebagainya. Sebagai penutup, marilah kita dengar pesan Rasulullah ketika Uqbah bin Amir bertanya kepada beliau, ”Wahai Rasulullah, apakah jalan keselamatan itu?” Rasulullah bersabda, ”Tahanlah (jagalah) lisanmu, bahagiakan keluargamu, dan menangislah atas kesalahan-kesalahanmu.” (HR Bukhari dan Muslim) - See more at: http://www.voa-islam.com/read/smart-teen/2013/12/09/28023/racunracun-hati-1-racun-lisan-perusak-jiwa-manusia/#sthash.itrtCWkv.dpuf