Monday 15 October 2012

0 Seri Biografi Shahabat Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam Bag. 14 : Amru Bin 'Ash RA

Amru bin Ash lahir di Kota Mekah, tepatnya sekitar 50 tahun sebelum hijrah. Dijuluki sebagai Fatihu Mishr, karena di bawah pimpinan beliaulah pasukan yang diutus oleh Khalifah Umar bin Khatab r.a. berhasil menaklukkan Mesir yang diduduki oleh Imperium Romawi saat itu. Amru bin Ash lebih tua sekitar 5 tahun dari pada Umar bin Khattab r.a. Amru pernah berkata “Saya betul-betul ingat di saat malam Umar dilahirkan.” Sosok Amru bin Ash adalah salah seorang pemuka Quraisy yang terpandang. Baik secara kecerdasan dan ketangkasan, maupun kelihaian berdiplomasi. Semenjak sebelum memeluk Islam, sudah banyak pertempuran yang beliau pimpin dan ikuti. Apalagi sejak masa mudanya Amru sudah menjadi sang pemberani dan gagah perkasa yang memenangkan banyak perperangan. Kecerdasan beliau dalam mengatur strategi perang, telah membuat Rasulullah Saw. mengangkatnya menjadi pimpinan perang Dzâtu Assalâsil. Yang di dalam barisan itu ada Abu Bakar dan Umar r.a., padahal peristiwa tersebut baru terjadi setelah Amru tiga bulan memeluk Islam. Di sinilah hikmah dan uniknya madrasah tarbiyah rasulullah Saw.. Senioritas tidak mengalahkan profesionalitas. Dulunya memeluk Islam tidak membuat para sahabat lain untuk tidak merendahkan hati dan membulatkan tekad untuk mengikuti sang pemimpin terpilih. Inilah salah satu kunci, mengapa generasi terbaik di kurun pertama Islam tampil sebagai agent of change. Mereka bisa menembus ruang yang tidak terfilter oleh logika kemanusiaan dewasa ini. Kuncinya tidak lain adalah tawâdhu’, tadhiyyah dan thâ’ah. Mendulang Permata dari Penakluk Negeri Musa Amru bin Ash adalah saudara kandung Hisyam bin al-Ash. Yang keduanya dipuji oleh Rasulullah Saw. dalam hadits beliau “???? ????? ??????”. Beliau adalah salah seorang yang terbaik dari ribuan sahabat yang terlahir dari rahim peradaban di zamannya. Keunggulan yang beliau miliki telah mengabadikannya di lembaran sejarah dengan tinta emas. Sahabatku sekalian, semoga kita bisa menapaki jalan yang telah digariskan oleh rasulullah Saw. dan para sahabat beliau. Mengkaji Amru bin Ash, berarti ada yang sedang kita cari dari sosok beliau. Benar memang, meskipun ungkapan itu dha’if, tetapi maknanya terkuatkan oleh banyak riwayat “Sahabatku bagaikan gemintang, manapun dari mereka yang kalian teladani niscaya akan mengantarkan ke haribaan petunjuk.” Setidaknya ada beberapa jendela petunjuk yang lurus akan kita dapatkan dari syakshiyyah Amru bin Ash. Pertama: Memiliki azzam yang membaja untuk menuju perubahan. Tekad bulat ini dan semangat ingin meninggalkan kejahiliyahan inilah yang membuat beliau berangkat mencari Rasul Saw. hingga bertemu di Madinah. Di saat bertemu Rasulullah Saw.. Semburat senyuman manis berkilau dari bibir Asyraful Khalqi, semakin menyinari qalbu beliau. Lalu Amru berkata “Wahai rasulullah, bentangkan tangan kanan engkau, maka aku akan membai’atmu“. Maka Rasulullah Saw. membentangkan tangan kanan beliau, lalu Amru memegangnya erat-erat. Rasulullah Saw. bertanya “Ada apa dengamu wahai Amru?“. Wahai Rasulullah, aku sedang megimpikan sesuatu, dan itu telah menjadi syarat mati bagiku. “Engkau memilih harga mati dengan tawaran apa?” Tanya Rasulullah sembari mengeratkan pegangan tangan yang semakin akrab detik itu. Amru menjawab, “Agar Allah mengampuni segala dosaku.” Rasulullah Saw. berkata “Tidakkah engkau tahu ?wahai Amru? bahwasanya Islam menghapus segala ?dosa? yang telah berlalu.” Kisah ini beliau riwayatkan di akhir hayat beliau kepada Abdullah, putra tercinta. Sehingga kisah manis ini menderaikan air mata sang penakluk ketika berpisah dengan dunia yang fana ini. Kedua: Kecintaan yang tinggi kepada Murabbi, yaitu Rasulullah Saw.. Walau bagaimanapun keunggulan dan kehebatan para sahabat, tidak lepas dari sentuhan tarbiyah dari manusia termulia yang langsung di ta’dib oleh Allah Swt.. Yaitu Muhammad Saw. pembina dan pembimbing umat untuk pertama kali. Suatu hari, Amru menemui Rasulullah Saw. dan bertanya, “Wahai rasulullah, siapakah orang yang paling Engkau cintai?” Rasul menjawab, “Aisyah.” Dari kaum lelaki, tanya Amru kedua kalinya. “Ayahnya.“, jawab Nabi. Selanjutnya? “Umar, Utsman….” Setelah beberapa orang nama sahabat disebutkan, tidak ada satupun nama beliau disebutkan oleh Rasulullah Saw.. Kemudian Amru berkata, “Demi Allah, sejak sekarang saya tidak akan bertanya lagi tentang hal ini kepada Rasulullah.“ Kita tentu heran. Mengapa pertanyaan ini terlintas di benak seorang Amru bin Ash. Namun, semua itu terpatri karena kecintaan yang mendalam kepada sang guru dan sentuhan batin seorang rasul, begitu menggelora dalam lubuk hati beliau. Seakan melahirkan sebuah anggapan, bahwa beliaulah yang paling dincintai, karena memang Amru begitu mencintai Nabi Saw.. Hal ini terbukti dalam banyak momentum semasa hidup bersama Rasulullah Saw. dalam meluaskan ekspansi dakwah Islam ketika itu. Di zaman Rasulullah Saw. Amru dipercayai menjadi gubernur di Oman, sampai datangnya hari kepulangan sang guru tercinta ke haribaan yang Maha Rahman dan Rahim. Ketiga: Memaknai ilmu, amal, dakwah dan jihad sebagai jalan hidup. Keunikan para sahabat adalah kemampuan mereka menggabungkan antara kedalaman ilmu dengan amal. Kemudian merepresentasikan amal ke dalam ruang gerak yang lebih luas, yaitunya gerbong dan medan dakwah. Selanjutnya dengan menyibukkan diri dengan berdakwah, secara tidak langsung telah membentuk kepribadian mereka menjadi mujahidin yang tangguh. Alhasil, Islam yang begitu indah terlihat oleh kita di negeri Kinanah ini. Itu merupakan salah satu bentuk mutiara berkilau dari semangat menuntut ilmu di madrasah Rasulullah Saw. dahulu, yang diteruskan dengan praktek. Dan dakwah yang diyakini para sahabat tidaklah bisa sukses, kecuali dengan dorongan semangat militansi dan jihad yang sesungguhnya. Berjihad melawan malas, maksiat, individualisme, keangkuhan, kebusukan hati, dinginnya angin malam di medan perang serta tajam dan banyaknya jumlah anak panah musuh, telah berhasil disulap oleh sang komandan -Amru- Menjadi peluang yang mesti dilewati. Tidak ayal, kalau mulai dari deretan Hijaz, Syam, sampai ke wilayah Mesir, Amru bin Ash adalah salah seorang yang punya andil besar dalam memperluasan kawasan dakwah Islam. Keempat: Pahlawan yang melahirkan sang pahlawan. Kita kenal dalam sirah. Amru adalah salah seorang sahabat yang jejak usia dini sudah menikah. Kita tidak bisa membayangkan bagaimana kedewasaan orang di zaman dulu. Bukti kepahlawanan ini, pertama, sang putra bernama Abdullah bin Amru, adalah salah seorang sahabat yang empat bernama Abdullah. Ini dikenal oleh ahli hadit dengan al-’ubadalah. Meskipun sang putra lebih duluan mengecap manisnya Islam dari ayah. Namun, ini tidaklah bisa dijadikan alasan untuk berkurangnya jiwa kepahlawanan beliau. Terbukti dalam kutub al rijal disebutkan ada sekitar 40 hadits yang bersumber dari beliau, terdiri dari tiga hadits muttfaqun ‘alaihi, satu hadits termaktub di Shahih Bukhari, dua dalam Shahih Muslim, selebihnya dalam kitab yang lainnya. Dan Amru bin Ash adalah guru dari putra beliau langsung, yaitu Abdullah. Tidak hanya Abdullah yang bermunculan dari tempaan tarbiyahnya, tapi masih terdapat banyak sahabat lainnya, yaitu Abu Qais, Qubaishah bin Dzuaib, Abu utsman Annahdi, Ali bin Rabah, Qais bin Abi Hazim, Urwah bin Zubair dll. Mereka adalah orang-orang yang besar dari sentuhan ilmu dan akhlak Amru bin Ash r.a.. Semoga kita termasuk para hamba-Nya yang bisa menapaki jalan yang telah mereka lalui. Karena hidup hanya sekali. Sungguh merugi kita, apabila ilmu yang dipelajari tidak membuahkan amal. Amal yang kita nikmati tidak menelurkan semangat untuk berdakwah. Dan dakwah yang kita ikuti tidak dibumbui oleh jihad yang menyentuh semua segmen kehidupan. Selamat jalan pahlawan. Engkau telah mengajarkan kami bagaimana menyeimbangkan antara ilmu dan amal, kesalehan pribadi, dana dan kepedulian sosial. Berdakwah dan jihad. Sungguh hari kepergianmu begitu pilu di hati ini. Karena kami begitu merindukan kehadiran sang gagah pemberani sepertimu. Karena di usia engkau yang mendekati 90-an, tidak membuat semangatmu berubah lesuh dan lemah. Deraian tangis yang berlingan kedua matamu di saat sekejap menjelang ajal tiba. Telah membuktikan indah dan mudahnya gerbang kematian engkau lalui. Sebab, pintu itulah yang mempertemukanmu bersama kekasih dan para sahabat. Ya Allah, pilihlah kami sebagai penerus perjuangan mereka. Amin ya Rab. Wallahu a’lam. Disarikan dari berbagai maraji’. (Siyar 3/54) Sumber : http://lp2i-kuburaya.com/amru-bin-ash/

Related Post:

0 Komentar:

Post a Comment